menu melayang

TESTIMONI

Testimoni



ALAMAT

Kontak



Alamat Kantor Kami


  • Ds Bodas Pakembaran RT 02/03, Warungpring, Pemalang, Jawa Tengah. Indonesia
  • Jam Kerja: 08.00 - 17.00 WIB
  • Kontak : 081914958020

Minggu, 01 Desember 2013

Teori Moneter Klasik


A.    Teori Moneter Klasik
Tokoh utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving Fisher dan A. Marshall. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau underconsumption (Malthus). Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
Potensi output yang dapat dihasilkan tergantung pda tingkat teknologi dan banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin tinggi jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat menjadi lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan invisible hand.
Bila seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan menurunkan upah yang dikehendakinya samapai ada pengusaha yang mau mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya sampai terjual habis.
Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu terdapatnya keseimbanagn dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai hasilsaling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire (bebas, tanpa ada campur tangan pemerintah)
Tetapi Malthus menyangah argumentasi di atas dengan mengatakan bahwa meskipun produksi barang dan jasa tersebut menimbulkan pendapatan dalam jumlah yang sama dengan nilai total barang dan jasa, namun tidak dapat dipastikan bahwa pengeluaran untuk pembelian mesti sama dengan nilai barang dan jasa tersebut.
Penawaran memang akan menciptakan tenaga beli, nmun belum menciptakan pengeluaran dengan jumlah yang sama.Misalnya jika masyarakat menabung terlalu banyak dari pendapatannya (lebih banyak dibandingkan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi), maka ada sebagian produksi yang tidak terjual.
Akibatnya pengusaha akan memperkecil volume produksi, sehngga akan terjadi pengangguran. Pengusaha akan terus mengurangi produksinya sampai sisa yang tidak terjual itu habis semua, sehingga pendapatan akan menjadi lebih rendah daripada semula.
Sedang menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut tidak berarti dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pegusaha untuk membiayai investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut.
Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi (tabungan meningkat = investasi meningkat), adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat bunga akan berfluktusi sehingga keinginan investasi perusahaan samadengan keinginan menabung masyarakat.

B.    Teori Klasik Tingkat Bunga
Menurut teori klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan / mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Begitu juga investasi, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebutyang merupakan ongkos dari penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investaasi, sebab biaya penggunaannya juga lebih kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut :


Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga
Gambar grafik keseimbangan tingkat bunga
Tabungan
                                        
                                                    
Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik i0, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas i0, maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Sebaliknya apabila tingkat bunga dibawah ini, para pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya kecil. Persaingan ini akn mendorong tingkat bunga naik ke i0.

C.    Teori Kuantitas Uang
Teori moneter banyak dihubungkan dengan teori kuantitas uang yang beranggapan bahwa faktor yang banyak mempengaruhi nilai uang adalah jumlah uang yang beredar (quantity of money atau supply of money). Menurut paham klasik, uang tidak memiliki pengaruh terhadap sektor riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan nasional. Pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah dan kualitas tenaga kerja, jumlah yang dipakai serta tehnologi.
Tanpa perubahan dari faktor-faktor produksi maka pendapatan tidak akan berubah. Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan sekaligus penawaran akan uang beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori tersebut adalah pada hubungan antara penawaran uang (jumlah uang yang bereda) dengan nilai uang(dengan tingkat harga). Hubungan antara kedua varianel tersebut dijabarkan lewat konsepsi (teori) mengenai permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang yang beredar berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan akan permintaan nilai uang.
Uang, pengaruhnya hanyalah terhadap harga harga barang. Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang dihasilkan tidak berubah. Inilah yang disebut dengan classical dichotomy, merupakan pemisahan sector moneter dengan sector riil.sektor moneter tidaka ada hubungannya dengan sector riil. Uang hanya merupakan suatu tudung saja dalam perekonomian
1.    Teori Irving Fisher
Teori ini mendasar pada hukum Say bahwa ekonomi akan selalu berada dalam keadaan full employment. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan teorinya dengan persamaan :
MV = PT
Dimana :
M : jumlah uang
V : tingkat perputaran uang (velocity)
P : harga barang
T : volume barang yang menjadi obyek transaksi
Persamaan diatas merupakan identitas sebab selalu benar. Artinya jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harga (nilai harga tersebut) harus/selalu sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputarannya (total pengeluaran transaksi). Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) = nilai barang yang dibeli (PT).
Dalam rumus MV =PT yang dimaksud M adalah common money saja, yaitu jumlah uang logam ditambah dengan jumlah uang kertas negara ditambah dengan jumlah uang kertas bank jadi uang giral belum dimasukkan dalam M tersebut. sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat adalah common money ditambah demand deposit money dengan kata lain uang giral ditambah uang kartal. Jenis rumus diatas masih terlalu sempit karena belum diperhatikan uang giral dengan kecepatan berputarnya. Oleh karena itu fisher memperluas rumusnya menjadi MV + M 1V1 = PT. M1 dimaksudkan uang giral sedang V1 kecepatan berputarnya uang giral.

Sekarang akan dijelaskan mengenai pengaruh M,V dan T terhadap harga (juga terhadap nilai uang) apabila salah satu factor yang mempengaruhi nilai uang mengalami perubahan.
a.    Jika M naik maka V dan T tetap, akibatnya P akan naik, sebaliknya M turun sedang V dan T tetap , akibatnya V akan turun. Dengan kata lain M naik V dan T tetap akan mengakibatkan nilai uang turun, sebaliknya jika M turun, V dan T tetap maka berakibat nilai uang naik.
b.    Jika V naik sedang M dan T tetap akibatnya P akan naik sebaliknya jika V turun sedang M dan T tetap akibatnya T akan turun. Dengan kata lain jika V naik, M dan T tetap akan mengakbatkan nilai uang turun, sedang jika V turun , M dan T tetap akan berakibat nilai uang naik
c.    Akan tetapi jika T naik sedang M dan V tetap akibatnya P turun sedang jika T turun , sedang M dan V tetap maka P akan naik dengan kata lain jika T naik sedang M dan V tetap berakibat nilai uang naik sebaliknya jika V turun sedang M dan T tetap akan berakibat nilai uang naik.









J.B. Say = supply creates its own demand. Produksi pada full employment. Saving dan investasi adalah fungsi dari tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga makin besar keinginan menabung – dan sebaliknya. Untuk meningkatkan investasi pada saat kenaikan tingkat bunga dilakukan efisiensi.
Irving Fisher = teori kuantitas uang. Uang hanya sebagai tudung (veil) dalam perekonomian, pengaruhnya hanya pada harga. Kenaikan jumlah uang beredar mengakibatkan kenaikan harga pada proporsi yang sama. Uang tidak berpengaruh pada sektor riel (classical dichotomy) = moneter dan riel terpisah. Pendapatan nasional ditentukan : tenaga kerja, modal dan teknologi.   Rumus :
MV = PT = PY

M     = jumlah uang beredar
V     = velocity, tingkat perputaran uang
P     = harga
T     = volume barang
Y     = pendapatan
Marshall Pigou = memperlihatkan ada permintaan uang di masyarakat (k = kas balans), uang bukan "tudung". Ada nilai riel (NR) uang & nilai nominal/beredar (M).
NR     = M / P
M     = k PY
k     = proporsi GNP dalam bentuk kas ( k = 1/V )
PY    = Pendapatan Disposebel yang siap dikonsumsi

Asumsi Irving dan Marshall :
1.    full employment
2.    Velocity tetap, berubah jika ada kebiasaan baru, misalnya : alat-alat pembayaran baru, kebiasaan kredit dll.

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel